Perjalanan ke Situ Lembang yang mengerikan
Perjalanan ke Situ Lembang yang mengerikan – Hari Sabtu pagi saya dan teman teman berencana untuk melakukan Perjalanan ke Situ Lembang untuk kemah selama 3 hari di Situ Lembang.
Sebelum berangkat dan melakukan Perjalanan ke Situ Lembang kakak saya berpesan agar saya tidak berangkat dengan jumlah orang yang ganjil.
Karena sibuk menyiapkn perlengkapan untuk berkemah dan melakukan Perjalanan ke Situ Lembang saya lupa akan pesan dari kakak saya itu .
Saya melakukan Perjalanan ke Situ Lembang dari rumah pukul tujuh pagi, saya sama teman teman melewati jalan lain untuk menghindari lewat pos agar dan bebas dari pungutan biaya masuk dari penjagaan.
Jarang sekali orang orang yang mau melakukan Perjalanan ke Situ Lembang melewati jalan yang saya lalui, karena sepi dan banyak pohon pohon besar juga melewati pemakaman. umum yang luas.
Perjalanan ke Situ Lembang Jam sembilan pagi, saya dan teman teman dah sampai di pemakaman yang sering diceritakan orang orang tentang pemakaman itu sepontan bulu kuduk sata berdiri….
Hanya melihat empat makam yang berjajar tanpa batu nisan, saya melewati makam tersebut tanpa mengucapkan salam dan tidak ada hal2 yang mencurigakan.
Setengah jam setelah berjalan melewati makam tersebut saya dan teman teman beristirahat sejenak untuk melepas lelah. sambil minum dan duduk santai, tiba2 saya sadar kalau ada seorang teman yang ketinggalan.
Perasaan tadi saya berangkat tujuh orang, kenapa sekarang hanya ada enam orang, si Edi kemana ya? , apa dia tertinggal karena kecapean? pikir saya.
Saya baru teringat akan pesan kakak saya waktu itu “Jangan berangkat kalo ganjil”.
Apa karena hal itu ? terus ada apa emang kalo berangkat dengan jumlah orang ganjil ?
Berulang kali saya coba hubungi hp-nya, tapi gak aktif2.saya putuskan saya berdua sama temen untuk kembali lagi ke makam untuk mencari Edi, sementara yang empat orang meneruskan perjalanan.
Saya berpikir apa si Edi sudah berangkkat duluan, tapi lewat mana ya … pikir saya , Sampai di makam saya berteriak teriak 2 memanggil Edi .. Ediii.
Setengah jam sudah berlalu saya mencari, tapi Edi tidak juga saya temukan.dengan perasaan kacau saya putuskan untuk tidak meneruskan mencari Edi , dan saya berangkat menyusul teman teman yang lain menuju ke Situ Lembang.
Jam satu siang, sampailah saya berdua di Situ Lembang, teman teman yang lain dengan rasa cemas menunggu jawaban dari saya , tentang dimana si Anto? Ketemu gak?
Dengan lemas saya hanya bisa geleng geleng kepala menjawab pertanyaan dari teman teman
malam itu saya lalui dengan penuh rasa cemas dan anehnya, malam itu kami semua mengalami sakit panas (demam)
Malam yang sungguh sangat panjang saya rasakan, ada apa ini kenapa pada sakit semua,pagi hari saya putuskan untuk kembali pulang karena Edi tetap tidak bisa dihubungi.
Saya ajak dua orang teman untuk pulang. sementara yang lain masih ingin tetap tinggal dan berkemah, karena kondisi badan yang masih sakit dan tidak sanggup untuk perjalanan pulang.
Saya bertiga berangkat pukul tujuh pagi, tidak melewati jalan yang kami lalui kemaren, tapi melalui jalan yang biasa orang otang lewati untuk dapat sampai ke situ Lembang.
Sepuluh menit saudah saya berjalan melintasi jalan setapak sambil melihat-lihat pepohonan, tiba tiba kami bertiga melihat seekor burung berwarna putih, burung itu kelihatan seperti burung jalak bali, hinggap di pohon yang jaraknya tidak begitu jauh, ada perasaan aneh, Saya bertiga kok ingin sekali menangkap burung itu.
Entah karena warnanya yang putih bersih atau karena bentuknya yang bagus, Saya bertiga sepakat untuk melihat burung itu lebih dekat lagi , aneh….setelah melihat lebih dekat, keinginan untuk menangkap burung itu tiba tiba hilang.
Saya mengingatkan teman teman untuk kembali meneruskan perjalanan, dua teman saya
berada di depan, saya hanya mengikuti dari belakang, aneh setiap kali saya tanya, mereka hanya menjawab seperlunya saja mungkin mereka cape, mikirin si Edi kali pikir saya.
Setiap kali saya tanya apakah kalian bener tahu jalan jalannya , mereka hanya menjawab ya.
jawabnya dengan dingkat , saya pun kembali menyusuri jalan setapak .
Sudah tiga jam saya berjalan tapi kenapa saya melihat pohon yang itu itu juga, perasaan jalan ini sudah saya lewati, apa karena saya kesasar kok cuma muter muter disini saja, saya mencoba mengingat jalan, dan tengok kiri kanan.
Tiba tiba saya ketemu dengan seorang kakek sedang memikul kayu bakar di punggungnya,
Kakek itu menggunakan baju, celana serba hitam dan topi caping, janggut putih tebal menutupi dagunya, saya bertanya, tolong pak kalau jalan menuju pos penjagaan benar kesini
tanya saya, kesana jawab sikake sambil menunduk.
Tunggu sebentar ya kata kakek itu sambil mengambil batang pohon singkong yang berada di pinggirnya, dan lalu mendekati saya bertiga, dia menunjukkan jalan yang harus dilalui.
Kalian jalan kesana saja…”, menunjuk menggunakan batang pohon singkong.
Saya bertiga hanya melihat kearah yang ditunjuk oleh kakek tersebut, dan tiba tiba si kakek mengayunkan batang singkong tersebut ke arah punggung teman teman saya, gak keras tapi gerarakannya membuat saya bertiga sangat kaget.
Aneh … setelah batang pohon singkong itu mengenai punggung teman teman saya , teman saya bukannya marah malah sadar seperti baru bangun dari tidurnya. dia betanya kita dimana nih, udah nyampai mana kita tanya nya.
Bulu kuduk saya langsung berdiri, “Terima kasih pak…kenapa dengan teman saya , tanya saya, sama sama temen kamu gak apa apa, teruskan saja perjalanan kalian jawab si kakek sambil pergi meninggalkan saya bertiga, temen teman saya cuma bengong dan bertanya, siapa tadi?
Saya kembali menyusuri jalan setapak yang ditunjuk si kakek tadi, sambil membaca ayat kursi dan doa doa sebisanya.
Belum lima menit saya berjalan, di depan sudah terlihat jalan besar Jalan itu yang biasa dilalui oleh orang orang.
Alhamdulillah, terima kasih ya Allioh, akhirnya saya menemukan jalan pulang, ternyata tadi teman teman saya disesatkan oleh burung putih yang entah jelmaan makhluk gaib atau apalah, saya gak ngerti.
Sesampainya di Pos penjagaan, saya istirahat dan makan dulu, sisa uang yang harusnya digunakan untuk ongkos naik angkot sampai ke rumah abis dipakai buat makan.
Sumpah…saya benar2 lupa…kok ongkos buat naik angkot malah dihabisin buat makan?
Mau naik apa kita pulang ke rumah? kalo jalan kaki bisa 3 jam sampe rumah…mana ujan besar lagi.
Akhirnya saya putuskan untuk berjalan sambil mencoba mencari tumpangan…tapi naas, tidak satupun mobil penumpang maupun mobil bak, yang mau berhenti, bahkan angkot yang supirnya saya kenal sekalipun tidak mau behenti, dan aneh kenapa supir supir ketika melihat saya langsung tancap gas.
Akhirnya tepat jam lima Sore saya sampai ke rumah Edi, bayangin berarti 10 jam saya jalan kaki, di jalan gang dekat rumah, saya sempat bertemu dengan supir angkot yang tadi berpapasan di jalan.
Cewe yang pake baju putih tadi kemana, gak ikut ke rumah kamu? Tanya si supir
Cewe baju putih jelas saya kaget, Cewe yang mana, saya cuma bertiga kok, ga ada cewenya,
Gak ah, tadi saya lihat kamu bawa cewe pake baju putih, makanya saya gak mau berhenti, cewenya kayak abis berantem, udah baju lusuh mana rambut acak2an lagi, iiih takut.
Jangan becanda kang, beneran saya cuma bertiga ko…” jawab saya
Udahlah, mungkin salah lihat kali saya kata si Supir itu pergi sambil memegang belakang kepalanya.
Wah kacau beliau nih…masih ada yang ngikutin kita bertiga, gimana nih? tanya saya ke teman teman, biarin aja nanti juga pulang sendiri kata teman saya kita minta bantuan pak Ustad aja nanti dirumah jawab temen saya.
Saya langsung kerumah Edi, sesampainya di rumah Edi saya bertemu dengan ibunya, dengan perasaan cemas saya bertanya..
“Assalamuaikum, Edi ada bu?”
“Ada tuh dikamar, dari kemaren pas pulang dari situ Lembang dia sakit demam” jawab Ibunya.
“Boleh saya bertemu Bu?”
“Masuk aja dia ada dikamarnya kok
Ed.. kenapa pulang?, bikin saya khawatir saja” tanya saya
“Sorry, Kemaren itu pas di makam saya ketemu kakek kakek yang pake baju serba item, dia ngomong begini.
Edi ya, mending kamu pulang saja, jangan ikutan kalo gak pulang kamu gak akan selamat, bisa bisa kamu pulang hanya tinggal nama.
Saya takut, makanya saya langsung aja pulang ikutin kata si kakek, eh pas mau bilang makasih si kakek itu udah ngilang gak tau kemana” tutur Edi.
Busyet dah berarti kakek yang menolong kita kita , sebelumnya nolongin Edi juga toh…”akhirnya kami bertiga pulang ke rumah masing2, dan saya gak lupa ngasih kabar tentang Edi ke teman2 saya yang lain yang masih di Situ Lembang, dan ternyata mereka juga lagi dalam perjalanan pulang karena ujan dan geledek terus menerus.
Semua yang berangkat ke Situ lembang pada waktu itu mengalami sakit demam yang sama selama 3 hari. dan Cewe baju putih yang masih ngikutin, sudah dikembalikan ke alamnya oleh Pak Ustad.
rame gening yi ayeumna mah..